Tim Diskominfo Kota Depok Ikuti Workshop Pelatihan Pengecekan Fakta

Tim Diskominfo Kota Depok Ikuti Workshop Pelatihan Pengecekan Fakta

Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Depok mendapat kesempatan mengikuti workshop pelatihan dan pengecekan fakta yang diinisiasi Diskominfo Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Kegiatan berlangsung di De Pavilijoen Hotel, Bandung pada 2-4 September 2023.

Sebagai pematerinya antara lain Google News Initiative, Deni Yudiawan dan Catur Ratna Wulandari. Keduanya memaparkan sederet data mengenai kondisi penggunaan internet di Indonesia saat ini. 

Dalam paparannya, Deni dan Catur menukil hasil monitoring dan analisa Meltwater pada Januari 2023 yang menyebut beragam alasan orang menggunakan internet. Mayoritas atau sekitar 83,2 persen adalah untuk mencari informasi. 

Lalu, 73,2 persen orang mencari inspirasi dan ide-ide baru, 73 persen untuk berkomunikasi intens dengan teman dan keluarga, 65,3 persen mengisi luang dan pencarian umum, 63,9 persen mengikuti perkembangan berita/acara, dan 61,3 persen orang menonton video/TV/film.

Dalam mencari informasi, ada banyak sumber yang menjadi pilihan. Bila merujuk data Katadata2021, mayoritas warganet mendapatkan informasi melalui media sosial. Hanya beberapa persen saja yang mencari informasi dengan mengakses portal berita online atau masuk ke website resmi pemerintah.

“Tak lebih dari 30 persen. Sebanyak 26,7 persen mencari informasi lewat berita online, dan hanya 13,9 persen yang lewat situs web resmi pemerintah. Mayoritas sekitar 73 persen melalui media sosial karena hampir 70 persen populasi Indonesia menjadi pengguna media sosial aktif,” kata Deni dan Catur.

Selain memberi dampak positif, kondisi tesebut membawa pula sisi negatif. Sebab, karakter media sosial lebih bebas dan tak terikat kode etik sehingga semua orang bisa membuat informasi dan menyebarkannya melalui akun media sosialnya masing-masing.

“Pada akhirnya, kita kebanjiran informasi. Hoaks merajalela.

Rentan terjadi disinformasi, missinformasi, dan malinformasi. Terlebih, di sisi lain literasi digital masyarakat Indonesia hanya berada di poin 3,47. Artinya, belum cukup baik,” ucapnya.

Disinformasi adalah informasi salah yang sengaja disebarkan. Missinformasi adalah penyebaran informasi salah, namun si penyebar tidak mengetahui kalau informasi tersebut salah. Ketidaktahuan ini yangmembedakan dengan disinformasi.

Sedangkan malinformasi adalah istilah untuk penyebaran suatu informasi yang benar, tetapi sengaja disebarkan untuk merusak reputasi pihak tertentu. 

Atas dasar itulah, perlu edukasi agar masyarakat tidak terjerumus berita-berita hoaks. Menurut Deni dan Catur perlu sikap kritis terhadap semua informasi yang ada. Paling, tidak dengan menanamkan 5 pilar verifikasi. 

Pertama Asal-usul, yakni kritis mencari informasi mengenai asal konten. Kedua sumber, siapa yang mengirimkan pada Anda dan siapa yang mengirimkannya kepada mereka.

Ketiga, waktu pembuatan konten. Keempat lokasi pembuatan konten, dan kelima motivasi dibalik pembuatan konten.

Selanjutnya, bisa menggunakan tips mengidentifikasi hoaks dengan cara: Mengecek alamat media, mengecek detail visual media, hati-hati iklan dan waspada jika media terlalu banyak iklan.

Lalu, mengecek about us media, mewaspadai dengan judul-judul sensasional, membandingkan ciri-ciri pakem media mainstream, mengecek berita ke situs mainstream, dan mengecek foto atau video.

“Jangan percaya saja dengan apa yang kita lihat. Skeptik, cek, dan ricek,” tuturnya. (DISKOMINFO)

seven − 5 =

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

nineteen − 11 =